Orang banyak yang menyangka wingko babat itu makanan khas semarang, padahal dari namanya jelas-jel
as berasal dari Babat.
Babat adalah daerah kecil di Lamongan, Jawa Timur. Babat terletak di dekat Bojonegoro, Jawa Timur yang terkenal akan kayunya.
Di Babat, yang merupakan kota kecil dibandingkan dengan Semarang, Wingko memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi daerah ini. Ada banyak perusahaan penghasil wingko yang memperkerjakan banyak orang. Kelapa yang digunakan untuk bahan wingko ini diambil dari daerah-daerah sekitar Babat.
Saat ini wingko adalah makanan yang terkenal di Babat dan Semarang dengan berbeda merek. Banyak Wingko yang saat ini masih menggunakan nama Tionghoa.
Sejarah Wingko Babat
Tersebutlah seorang wanita Tionghoa bernama Loe Lan Hwa bersama suaminya The Ek Tjong alias D.Mulyono mengungsi dari Babat ke Semarang sebagai dampak dari Perang Dunia II.
Di Semarang, sang suami mendapat pekerjaan di KA jurusan Stasiun Tawang, Semarang-Stasiun Pasar Turi, Surabaya. Sementara itu, sang istri berusaha mencari tambahan penghasilan dengan membuat dan menjajakan wingko buatan sendiri. Daerah penjualannya mula-mula adalah sekitar Stasiun Tawang, tempat suaminya bekerja.
Keahlian Ny. D. Mulyono dalam membuat wingko diturunkan dari ayahnya, yang membesarkannya di kota Babat. Kue wingko ini memang kue yang banyak dibuat di kota Babat, hanya saja di sana dikenal dengan sebutan kue wingko saja.
Ternyata banyak warga Semarang yang menyukai kue wingko buatan Ny. D. Mulyono. Waktu itu, kue ini belum diberi merek seperti yang sekarang dikenal, sehingga orang-orang pun menanyakan nama kue ini. Sebagai kenangan atas Kota Babat tempat Ny. D. Mulyono ini dibesarkan, ia pun memberikan nama ‘Wingko Babat’.
Gambar kereta api pada bungkus kue ini merupakan pilihan D. Mulyono karena ketertarikannya pada sampul buku formulir saran di gerbong restorasi. Menyertai gambar kereta api, cap yang diberikan untuk wingko babat ini adalah ‘Cap Spoor’ yang kemudian berubah menjadi ‘Cap Kereta Api’.
Karena wingko babat ‘Cap Kereta Api’ ini pada mulanya dipasarkan di sekitar stasiun, maka kue ini pun menjadi terkenal sebagai buah tangan dan makin banyak dicari orang. Hal ini jugalah yang memicu banyak orang untuk mencoba peruntungannya dengan membuat dan menjual wingko babat dengan merek bergambarkan kereta api. Walaupun gambarnya tidak sama benar, namun keadaan ini sungguh membingungkan konsumen. Maka dari itu, untuk membedakan dengan merek lain, Ny. D. Mulyono mencantumkan nama suaminya “D. Mulyono”, dan di belakangnya ditambah kata-kata “d/h Loe Soe Siang” (nama ayahnya) pada pembungkus wingko babad buatannya. Tambahan “d/h Loe Soe Siang” tersebut dimaksudkan sebagai penegasan bahwa wingko babad merek D Mulyono itu merupakan kelanjutan dari wingko babad yang dibuat Loe Soe Siang di Babad.
nih resep wingko durian yg sdh ku modif :
Wingko Durian
Bahan :
- 75 gr Tepung ketan putih
- 150 gr kelapa parut (pilih yang sedang jgn teralau tua ato muda )
- vanili bubuk secukupnya
- 100 gr daging durian
- 1/8 sdt garam (secukupnya)
- 100 gr gula pasir
- 1 btr telur ayam
- 75 gr santan kental
Cara Membuat
- campur tepung ketan bersama kelapa parut, vanili bubuk, gula dan garam, aduk rata.
- tambahkan telur, aduk bersama adonan, lalu tuangkan santan sedikit demi sedikit, masukkan durian, aduk rata.
- siapkan loyang kotak yang sudah diolesi margarine dan diberi kertas minyak, tuang adonan, ratakan.( aku pake loyang anti lengket yg berbentuk bulat2 lebar )
- panggang dalam oven suhu 60 derajat selama kurang lebih 30 menit atau sampai matang/harum, angkat dan dinginkan.
- setelah dingin, potong-potong dan sajikan.
Babat adalah daerah kecil di Lamongan, Jawa Timur. Babat terletak di dekat Bojonegoro, Jawa Timur yang terkenal akan kayunya.
Di Babat, yang merupakan kota kecil dibandingkan dengan Semarang, Wingko memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi daerah ini. Ada banyak perusahaan penghasil wingko yang memperkerjakan banyak orang. Kelapa yang digunakan untuk bahan wingko ini diambil dari daerah-daerah sekitar Babat.
Saat ini wingko adalah makanan yang terkenal di Babat dan Semarang dengan berbeda merek. Banyak Wingko yang saat ini masih menggunakan nama Tionghoa.
Sejarah Wingko Babat
Tersebutlah seorang wanita Tionghoa bernama Loe Lan Hwa bersama suaminya The Ek Tjong alias D.Mulyono mengungsi dari Babat ke Semarang sebagai dampak dari Perang Dunia II.
Di Semarang, sang suami mendapat pekerjaan di KA jurusan Stasiun Tawang, Semarang-Stasiun Pasar Turi, Surabaya. Sementara itu, sang istri berusaha mencari tambahan penghasilan dengan membuat dan menjajakan wingko buatan sendiri. Daerah penjualannya mula-mula adalah sekitar Stasiun Tawang, tempat suaminya bekerja.
Keahlian Ny. D. Mulyono dalam membuat wingko diturunkan dari ayahnya, yang membesarkannya di kota Babat. Kue wingko ini memang kue yang banyak dibuat di kota Babat, hanya saja di sana dikenal dengan sebutan kue wingko saja.
Ternyata banyak warga Semarang yang menyukai kue wingko buatan Ny. D. Mulyono. Waktu itu, kue ini belum diberi merek seperti yang sekarang dikenal, sehingga orang-orang pun menanyakan nama kue ini. Sebagai kenangan atas Kota Babat tempat Ny. D. Mulyono ini dibesarkan, ia pun memberikan nama ‘Wingko Babat’.
Gambar kereta api pada bungkus kue ini merupakan pilihan D. Mulyono karena ketertarikannya pada sampul buku formulir saran di gerbong restorasi. Menyertai gambar kereta api, cap yang diberikan untuk wingko babat ini adalah ‘Cap Spoor’ yang kemudian berubah menjadi ‘Cap Kereta Api’.
Karena wingko babat ‘Cap Kereta Api’ ini pada mulanya dipasarkan di sekitar stasiun, maka kue ini pun menjadi terkenal sebagai buah tangan dan makin banyak dicari orang. Hal ini jugalah yang memicu banyak orang untuk mencoba peruntungannya dengan membuat dan menjual wingko babat dengan merek bergambarkan kereta api. Walaupun gambarnya tidak sama benar, namun keadaan ini sungguh membingungkan konsumen. Maka dari itu, untuk membedakan dengan merek lain, Ny. D. Mulyono mencantumkan nama suaminya “D. Mulyono”, dan di belakangnya ditambah kata-kata “d/h Loe Soe Siang” (nama ayahnya) pada pembungkus wingko babad buatannya. Tambahan “d/h Loe Soe Siang” tersebut dimaksudkan sebagai penegasan bahwa wingko babad merek D Mulyono itu merupakan kelanjutan dari wingko babad yang dibuat Loe Soe Siang di Babad.
nih resep wingko durian yg sdh ku modif :
Wingko Durian
Bahan :
- 75 gr Tepung ketan putih
- 150 gr kelapa parut (pilih yang sedang jgn teralau tua ato muda )
- vanili bubuk secukupnya
- 100 gr daging durian
- 1/8 sdt garam (secukupnya)
- 100 gr gula pasir
- 1 btr telur ayam
- 75 gr santan kental
Cara Membuat
- campur tepung ketan bersama kelapa parut, vanili bubuk, gula dan garam, aduk rata.
- tambahkan telur, aduk bersama adonan, lalu tuangkan santan sedikit demi sedikit, masukkan durian, aduk rata.
- siapkan loyang kotak yang sudah diolesi margarine dan diberi kertas minyak, tuang adonan, ratakan.( aku pake loyang anti lengket yg berbentuk bulat2 lebar )
- panggang dalam oven suhu 60 derajat selama kurang lebih 30 menit atau sampai matang/harum, angkat dan dinginkan.
- setelah dingin, potong-potong dan sajikan.
hasilnya kurang lebih 18 buah...
bagi rekan-rekan yang ingin merasakan atau pesan online wingko babat asli cap kereta api bisa order ke saya,
BalasHapuspengiriman akan menggunakan TIKI, dengan paket ONS.
bisa kontak saya. 081805965149 atau di bb, PIN 2A716559